Hari kedua pelaksanaan Makassar Biennale (MB) 2021 pada 2 September diisi dengan beberapa agenda kegiatan, salah satunya adalah diskusi lomba foto “Sunset Kayak di Pantai”. Bertempatkan di Studio Artmosphere, agenda ini menghadirkan Armin Hari, fotografer sekaligus juri lomba foto ini, sebagai pembicara. Diskusi ini dihadiri lebih dari 30 orang yang berasal dari berbagai latar belakang di Makassar dan pelaksanaannya tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memberi jarak antar kursi pada setiap peserta serta memakai masker.
Sebelum diskusi ini digelar, pada 1-31 Juni 2021 lalu, Tanahindie bekerjasama dengan Yayasan Makassar Biennale mengadakan pra-event lomba foto “Sunset Kayak di Pantai” sebagai respons terhadap reklamasi di Pantai Losari. Dari ratusan foto yang terlibat dalam lomba ini, juri memilih 29 foto yang dipamerkan dalam gelaran MB 2021.
Dalam diskusi ini, Armin Hari menuturkan setidaknya ada tiga aspek yang juri lihat dalam menilai setiap karya foto yang dikumpulkan peserta: (1) setiap foto harus melambangkan perlawanan; (2) menampilkan harapan dalam keadaan pandemi saat ini; serta (3) pesan yang ingin disampaikan oleh pemotret foto tersebut. Menariknya, sebagian besar peserta berasal dari kalangan masyarakat umum yang tidak memiliki latar belakang di bidang fotografi.
Salah seorang peserta lomba yang terpilih sebagai juara 2, Fadhil Adiyat, lalu diajak oleh Aziziah Diah Aprilya selaku moderator untuk menjelaskan latar belakang pengambilan karyanya yang menampilkan suasana di teras rumahnya. Rupanya, foto ini diambil Adiyat ketika ia sedang isolasi mandiri di rumahnya. Foto ini berhasil menarik perhatian juri. Meskipun terlihat ‘sederhana’ namun menggambarkan bahwa kita tidak perlu jauh-jauh mencari peristiwa matahari tenggelam, di teras rumah juga cukup.
Selain mengenai lomba, Armin Hari juga menjelaskan mengenai pandangannya terhadap fotografi. Ia menuturkan bahwa setiap foto itu bagus dan foto yang jelek adalah foto yang tidak pernah diambil. Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa sebuah karya yang berhasil adalah karya yang menarik perhatian banyak orang untuk diperbincangkan, bukan dari persoalan gelap ataupun tingkat kejelian dari foto tersebut.
Awalnya, diskusi foto ini dijadwalkan pada pukul 16.00 WITA di halaman belakang Studio Artmosphere. Tapi karena alam memilih menurunkan hujan, jadilah diskusi ditunda ke pukul 17.00 WITA. Meskipun begitu, diskusi berjalan dengan kondusif dan dinamis antara pemateri dan penonton. Salah seorang peserta turut bertanya mengenai hal estetik yang dilihat dari fotografi malam. Armin menjawab bahwa estetik atau tidaknya sebuah foto sebenarnya kembali lagi kepada orang yang melihat foto tersebut karena fotografi merupakan seni visual. Sebagai contoh, apabila orang yang melihat foto malam itu adalah orang yang jarang beraktivitas di malam hari, maka melihat foto pedagang kaki lima di malam hari merupakan hal yang menarik baginya. Sebaliknya, bagi orang yang terbiasa dengan suasana malam, maka karya tersebut menjadi hal yang biasa baginya.
Diskusi lomba foto “Sunset Kayak di Pantai” ditutup dengan pertanyaan Armin Hari pada moderator mengenai jam tangan yang ia pakai. Armin menyimpulkan bahwa terkadang hal-hal kecil yang ada disekitar kita sebenarnya tidak terlalu kita mengerti.
Semakin malam pengunjung makin ramai, diskusi kemudian diakhiri agar para pengunjung dapat bersiap menonton pertunjukan Sinrilik karya Arif Daeng Rate di lokasi yang sama.[]
Aisyah Aulia Tahir, tim Makassar Biennale 2021