Bukan hal yang luar biasa ketika sirene ambulans atau mobil pengantar mayat meraung-raung melintas di depan Galeri De La Macca, menuju ke beberapa tanah pemakaman termasuk pemakaman yang sunyi Macanda (pemakaman korban Covid-19). Setiap hari paling kurang lima kali mobil sejenis itu dengan segala kesangarannya melintas di depan Galeri De La Macca.
Kali ini, sebuah mobil pengantar jenazah (oto joli) milik Yayasan Sosial Tionghoa Budi Luhur melintas dengan sirene yang meraung dengan sebuah keranda kayu jati di atasnya. Anehnya di atas mobil itu hanya sopir dan keranda. Biasanya di atas mobil jenazah itu ada sekelompok keluarga dari yang meninggal, tapi kali ini kosong dan keluarga ada di mobil pribadi yang lain.
Saya membuka tulisan ini sebagai prolog suasana hari yang mencekam itu pada Kamis setelah hampir sebulan Pameran Seni Rupa yang diprakarsai L Project dalam Event Indonesia Art Expo 2021 berlangsung. L Project mengusung beberapa perupa Sulawesi Selatan, masing-masing: Jenry Pasassang, Faisal Syarif (Ical) memamerkan karyanya di “Kebun Cinta”, Rimba Kasumba di studionya (Rumah Rupa KASUMBA), dan Ahmad Fauzi (Oci) dan Achmad Anzul (Anzul) memamerkan karya terbarunya di Galeri De La Macca di Jalan Borong Raya No. 75A Makassar, mulai 5 Juli sampai awal September 2021. Pembukaan pameran ini dihadiri para pecinta dan penggiat seni dengan sangat terbatas karena mengikuti protokol kesehatan, sedangkan pameran online di laman website L Project.
Kedua perupa tersebut menayangkan lima karya Ahmad Fauzi dan 17 karya Achmad Anzul. Secara keseluruhan lukisan Oci bertema “The Spirit Carries On” Dengan subtema Pakarena. Menikmati lima karya lukis perupa Oci merupakan satu kesatuan. Bila ditarik benang merah dari Pakarena menjadi satu irama melodi yang bila dihilangkan satu karya maka menjadi “cacat”. Hanya saja, menurut perupa Oci, dari dua dari lima karya tersebut tidak lolos dari “tangan panas” sang kurator. Sangat menarik!
Demikian pula dengan lukisan-lukisan dari perupa instalasi Anzul yang dikenal sebagai perupa “Kampung Garam”, dari lima karya ada satu karya lukisnya yang juga tidak lolos dari kurator. Namun bila melihat pajangan karya lukis perupa Anzul merupakan karya baru yang rentang waktu penciptaannya tak lepas dari dua minggu. Apa salah bunda mengandung sehingga tak lolos dari tangan sang kurator?
Pameran Seni Rupa L Project yang dilaksanakan pembukaannya secara serentak di beberapa kota di Indonesia diikuti puluhan perupa handal nasional yang sudah bernama. Informasi yang diterima, belakangan Mike Turusy juga diikutkan dalam pameran tersebut. Bocoran yang saya terima karya lukis perupa Oci dibandrol Rp50 juta dan lukisan Anzul Rp 30 juta, diaminkan oleh Anzul. Semoga karya-karya perupa tersebut dibeli oleh kolektor baik kolektor dalam dan luar negeri.
Achmad Fauzi lahir di Makassar 26 Mei 1970, pemilik Findart Space Makassar di Jalan Perumnas Antang Raya No.116D, Manggala, Makassar. Ia sehari-hari mengajar seni budaya di SMP Negeri 20 Makassar sejak 1998. Banyak mengikuti pameran sejak 2014 sampai saat ini. Salah satunya, Binne Solo Art Exhibition (2014), Makassar Biennale di Gedung Menara Phinisi UNM, Makassar (2017). Bergabung dalam MAIM, (2018 – Sekarang). Kurator senior di Galeri de La Macca.
Achmad Anzul lahir di Makassar 11 September 1967. Seniman instalasi seni rupa. Pernah mengajar di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Imigran di Gowa 2016, dan keliling kabupaten mengajar membatik pada tahun 2017. Ikut Makassar Biennale 2017 dengan karya Kampung Garam #107. Pada Biennale 2019 ia terlibat secara tim FindArt Space. Ia juga aktif mengerjakan karya artistik baik di rupa teater dan sastra. Pada Juni 2021 ikut men-display karya kolaborasi fotografi dan tari yang berjudul Refocusing Pakarena. Sekarang mempersiapkan 999 karya lukis yang akan dipamerkan dalam waktu singkat. Ia juga adalah co-curator Galeri De La Macca.[]
Goenawan Monoharto, owner Galeri De La Macca/Penulis Senirupa.