Making Bead Crafts adalah workshop yang diusung dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Makassar Biennale 2021 Maritim: Sekapur Sirih pada 7 September 2021. Menjadi perpanjangan tangan dalam merespons situasi pandemi, hal ini pun merupakan salah satu cara kreatif yang bisa dilakukan di waktu-waktu penuh pembatasan seperti sekarang. Bahwa bisa dibilang, kerja-kerja seperti ini menemui momennya yang pas ketika penggunaan masker begitu dianjurkan dan orang-orang mulai membuatnya tidak hanya sebagai pelindung semata tapi juga aksesoris yang bisa menunjang penampilan. Olehnya dapat disimpulkan menghias konektor masker mewujud sebagai tindakan inovatif menyikapi pandemi dan membuat kerajinan manik-manik ini sebagai aktivitas selingan yang begitu bermanfaat. Bertempat di Studio Artmosephere, pelatihan yang difasitatori oleh Citra Amri tersebut makin membuat salah satu lokasi pameran karya MB 2021 itu menjadi ruang belajar kesenian dan kerajinan yang begitu menyenangkan.
Citra yang memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Hasanuddin itu begitu terampil dalam menjelaskan hal-hal seputar kerajinan yang menggunakan manik-manik sebagai bahan utamanya. Dari gelang, cincin, dan konektor masker terbuat dari berbagai macam ukuran, warna dan jenis manik-manik yang terpakai di dirinya, ia memberi pemantik semangat tersendiri pada orang-orang yang pada saat itu tengah mengikuti lokakarya tersebut. Sejak ia mulai menata peralatan dan bahan yang akan digunakan, peserta workshop sudah dibuat terpesona dan begitu ingin segera menghasilkan karya kerajinanya sendiri.
Dengan duduk melingkar dan suasana tenang khas sore hari di sana, waktu terasa berlalu tidak seperti biasanya—kegiatan yang dijadwalkan berlangsung selama dua jam itu, tidak terasa menyita begitu banyak atensi dan waktu para pesertanya. Lokakarya tersebut meliputi penjelasan seputar kerajinan manik-manik dan dilanjutkan pada proses pembuatan karya oleh masing-masing peserta mengikuti instruksi kerja yang telah disampaikan sebelumnya. Terlebih dahulu, Citra secara pribadi menceritakan alasannya memilih menekuni kerajinan itu. Ia kerap kali mengalami anxiety dan dibuat stres karena beberapa hal ditambah waktu luang di masa pandemi cukup membuatnya kalut mesti mengisinya dengan apa, lalu menjadi alasannya untuk mencari kegiatan positif yang bisa membuatnya mengalihkan fokus. Pertemuan kerajinan manik-manik inilah yang kemudian bisa merangkulnya secara lebih kreatif. Bagi Citra, kerajinan ini adalah strategi koping sebagai upayanya mengatasi kondisi stres yang menekan akibat masalah yang tengah dihadapi. Sejenak mengelola jarak pada persoalan dengan kerja-kerja produktif. Menurutnya, saat berhadapan pada sesuatu yang kecil orang-orang sebisa mungkin mesti bersabar. Manik-manik misalnya, kecil dan murah, hal ini tidak lantas membuat kita bisa berpandangan bahwa ia sepele dan tidak perlu dihargai. Justru dari sana, kita bisa melatih sabar dan akhirnya mampu menghasilkan sebuah karya kerajinan tangan yang bermanfaat.
Selanjutnya, Citra pun menjelaskan cara kerja dalam membuat kerajinan gelang, cincin atau pun konektor masker menggunakan manik-manik dan beberapa bahan lainnya. Peralatan kerja yang dibutuhkan tidak begitu banyak dan mudah dijangkau. Terdiri dari gulungan senar elastis sebagai kerangka karya yang akan dimasukan butir manik-manik, gunting, lem, pengait besi yang mempermudah dalam memasang manik-manik ke tali senar, dan ring besi untuk mengaitkan konektor ke masker. Untuk lebih mendalami apa yang telah dijelaskan, sesuai agenda kegiatan, maka para peserta diarahkan untuk mendesain kerajinanya dengan variasi warna dan jenis manik-manik. Apa yang ditunggu sejak tadi dimulai dengan begitu serius tapi menyenangkan, ada yang begitu fokus dalam pengerjaanya dan ada pula yang geregetan karena salah langka dan mesti kembali berurusan dengan manik-manik kecil itu dari awal.
Kegiatan ini menghasilkan kerajinan manik-manik yang terbilang beragam. Ada yang membuat konektor dengan menggunakan motif warna Toraja, ada yang membuat gelang dengan membuat pola bunga matahari, ada pula yang membuat cincin dengan berbagai macam model mata cincin dari beragam jenis manik-manik yang telah disiapkan. Namun lebih dari pada itu, selesainya workshop ini tidak lantas menjadi titik henti kegiatan dalam membuat kerajinan manik-manik. Peserta dipersilahkan membawa pulang alat dan bahan yang masih tersisa untuk bisa membuat kerajinan lain di rumah masing-masing. Menjadi tanda positif betapa kerja-kerja seperti ini memiliki daya tarik kuat untuk tetap melekat di benak peserta dalam menghidupkan kegiatan kreatif yang bermanfaat di situasi penuh pembatasan di waktu pandemi.
Nurul Mustamainnah, Tim Makassar Biennale 2021