Hari ketiga, tepatnya pada 5 Oktober 2021, tim kerja MB-Bulukumba dan seniman menyajikan beragam kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Makassar Biennale 2021 di Bulukumba. Bermula pada pukul 14.00 WITA. Kegiatan pertama adalah Workshop Seni Meracik Kopi yang berlangsung di Ondeway Coffee Stationery. Dipandu langsung oleh Andi Awal Irsyad sebagai fasilitator workshop, juga sekaligus owner Ondeway Coffee Stationery, workshop ini sederhananya untuk mengajak kita belajar meracik kopi. Hal lain, adalah untuk memahami manusia melalui kopi.
Dengan beragam dan maraknya kedai-kedai kopi beberapa tahun belakangan ini, menjadikan kopi sebagai salah satu daya tarik sebuah kota. Di Bulukumba, jika kita menanyakan tentang jenis kopi yang menarik, orang-orang sering menyebut salah satunya adalah kopi kahayya. Meskipun sebenarnya kopi kahayya bukanlah satu-satunya di Bulukumba, tetapi jenis kopi ini memang punya rasa dan aroma yang membedakannya dengan kopi lain.
Bagaimana cara menilai dan menentukan jenis kopi yang ingin kita sajikan? Melalui workshop ini, fasilitator membagikan dan mengajak peserta yang hadir untuk mengenal jenis biji-biji kopi, menghirup aroma kopi sebelum dan sesudah diseduh, mencicipi rasa dan keasaman kopi, hingga menilai kenikmatan segelas kopi.
Ketika workshop berlangsung, di meja fasilitator sudah tersedia 3 cup jenis kopi yang berbeda. Ada Light Roast Rumbia, Semi Washed Kahayya, dan Natural Process Kahayya. Fasilitator kemudian mengajak 3 orang peserta untuk ikut menilai kopi. Ia menerangkan bahwa untuk menilai sebuah kopi, biasanya ia menggunakan form penilaian tersendiri yang mencakup tentang aroma, rasa, keasaman, kekentalan, dan rasa keseluruhan dari kopi. Sebab setiap kopi memiliki ciri khas dan kesesuaian yang berbeda-beda pada tiap orang, maka penilaian ini dilakukan. Setelah penilaian, kita dapat menentukan versi terbaik biji kopi yang tersedia dan bahkan memiliki pandangan tentang cara seduh dan penyajian dari masing-masing jenis kopi ini.
Setelah berlangsung dua jam, workshop ini ditutup dengan minum kopi bersama. Dan yang paling penting adalah, peserta menikmati kopi yang mereka kenali jenis dan cara penyajiannya.
Kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan agenda Wicara Seniman. Kegiatan ini merupakan forum berbagi pengalaman dari seniman yang hadir di MB 2021. Salah satunya adalah Muhammad Rizki atau biasa disapa Rizkispole atau Kispol, seniman residensi MB 2021 yang berasal dari Forum Sudut Pandang di Palu.
Program residensi dibuka kepada seniman untuk menetap di suatu daerah, belajar dan bertemu dengan orang-orang, hingga menghadirkan karya. Selama kurang lebih dua pekan mengikuti program residensi di Bulukumba, pada agenda wicara seniman ini, Kispol berbagi cerita tentang pengalaman residensi, proses riset karya, dan medium pengkaryaannya.
Di Bulukumba, ia berkunjung dan melakukan riset di Kampung Nipa. Di wilayah ini, tuturnya, mereka masih memiliki kebudayaan maritim yang sangat kental. Budaya maritim dan slogan “Bulukumba Berlayar” yang kemudian menjadi garis besar riset dan pengkaryaan yang dilakukan Kispol selama mengikuti residensi.
Dari kunjungan itu dan pertemuannya dengan wajah, benda, dan cerita di Kampung Nipa, ia menghadirkan karya seri foto yang diberi judul “Perkenalan”. Judul karyanya ia pilih sebagai cara untuk memperkenalkan diri sebagai pendatang sekaligus mengabadikan Bulukumba ke dalam ingatan dan karyanya. Berbekal medium fotografi, salah satu bentuk eksplorasi pengkaryaan yang ia lakukan saat ini, ia mendokumentasikan dan secara implisit menceritakan tentang budaya maritim di Kampung Nipa.
Hal yang menarik, pada karyanya, ia memotret objek-objek yang menjadi penanda cerita dan kebudayaan suatu daerah. Misalnya, pada salah satu seri fotonya, ia memotret bantal. Tidak seperti bantal pada umumnya, bantal ini dibuat oleh nelayan setempat menggunakan kardus yang dibungkus oleh plastik ikan dan biasanya bantal ini digunakan nelayan ketika ingin beristirahat di tengah laut atau di pondok-pondok.
Tepat ketika sore mulai padam, agenda Wicara Seniman ini berakhir dengan sesi foto bersama. Berikutnya, masih pada hari dan tempat yang sama, setelah istirahat sejenak dan persiapan menjelang malam, rangkaian kegiatan kembali dilanjutkan dengan Workshop Lukisan Kaca.
“Lukisan kaca adalah industri kreatif yang baru di Bulukumba”, kata Hendra Gunawan sebagai fasilitator ketika memperkenalkan diri sebelum memulai workshop. Bahkan, ia dapat dikatakan sebagai salah satu seniman lukisan kaca yang cukup terlihat di Bulukumba.
Berawal dari keresahannya pada limbah kaca, Hendra berinisiatif untuk mengolah dan memanfaatkan kaca menjadi sebuah karya. Didukung oleh kesenangannya melukis, dan ia tahu bahwa melukis dapat dilakukan pada beragam medium, bukan hanya pada kertas atau kanvas tetapi bisa juga dilakukan pada kaca. Sebabnya ia menjalankan proyeknya ini dengan menerapkan lukisan pada kaca. Beberapa karya, baik itu pesanan dari klien atau proyek pribadinya, ia bagikan di akun instagramnya di @lukisankaca_project.
Pada workshop ini, setelah memberi sedikit pengantar mengenai lukisan kaca, Hendra kemudian mengajak para peserta yang hadir untuk melihat dari jarak yang sangat dekat bagaimana ia mengaplikasikan lukisan pada kaca. Ia melukis selembar daun sirih yang berangkat dari subtema MB 2021, yaitu Sekapur Sirih.
Di sela-sela mengerjakan lukisannya, peserta juga semakin aktif menanyakan kepada Hendra tentang lukisan kaca, baik itu mengenai teknik dan teknis, juga mengenai pengalaman-pengalamannya dalam mengerjakan karya. Hendra menjawab “melukis di kaca itu butuh ketenangan” ketika seorang peserta bertanya pengalaman gagal Hendra ketika awal memulai lukisan kaca.
Sekitar 30 menit berselang, lukisan daun sirih yang dikerjakan sudah selesai. Ia kemudian membersihkan serpihan-serpihan kecil kaca yang masih tertinggal. Tahap terakhir, ia lalu mengenakan lukisannya pada instalasi kayu yang sudah dipasangi lampu, dan tampak lukisannya mulai terlihat semakin menarik.
Kegiatan-kegiatan yang berlangsung seharian ini, sangat menyenangkan dan memperkaya cara untuk melihat, melukis, dan menyajikan cerita tentang kota, warga, budaya, dan semangat kreatif yang terus bertumbuh melalui medium kesenian.[]
Abd. Wahab, tim kerja Makassar Biennale 2021