Menjelajahi Dunia Arsip Digital bersama Habib Almaskaty dari Leppa Digital

Pelaksanaan ajang Makassar Biennale (MB) 2021 di Labuan Bajo diawali dengan beberapa workshop tematik. Ini merupakan acara pembuka dalam menyongsong acara utama pada tanggal 16- 19 Oktober 2021. Pra acara ini diselenggarakan untuk diikuti oleh tim kerja dan peserta residensi seniman MB Labuan Bajo. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan baru dalam proses pengembangan kapasitas setiap orang. Workshop pertama ini diselenggarakan pada Rabu, 13 Oktober 2021 di Bawakolong.  Temanya adalah “Kiat- kiat Penelusuran Arsip Digital” yang difasilitatori oleh H. Almaskaty (Om Almas) dari Leppa digital, salah satu kolaborator MB 2021 di Labuan Bajo. Sesi ini didampingi oleh saya, Wahyu Chandra sebagai moderator dan tim kerja MB Labuan Bajo.

Sesi workshop dimulai dengan penjelasan Om Almas mengenai arsip digital. Arsip digital atau arsip elektronik merupakan proses perubahan dokumen yang dulunya berupa arsip fisik, diubah menjadi data elektronik. Dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini, sangat mudah kita menemukan berbagai dokumen baik berupa tulisan, gambar, maupun video di internet. Dalam kemudahan ini, dibutuhkan kiat-kiat dalam melakukan penelusuran data tersebut. 

Om Almas dengan segala pengetahuan dan pengalamannya mengenai arsip digital, memberikan informasi mengenai kiat- kiat dan juga beberapa teknik dalam melakukan pencarian arsip digital di internet. Pertama, ia mengenalkan peserta dengan berbagai tools  yang dapat membantu kita dalam mencari informasi yang dibutuhkan, seperti GoogleBing, DuckduckgoYahoo, dan Ecosia

Selain berbagai tools itu, Om Almas juga memiliki tools/metode sendiri dalam mencari informasi, yakni menggunakan OSINT (Open Source Intelligence). Metode OSINT ternyata  sudah lama dipakai, termasuk saat perang dunia ke 2 sebagai alat intelijen badan keamanan nasional. Konon, Amerika Serikat (AS) yang mulai menggunakan metode ini. AS mendirikan sebuah layanan informasi yang disebut Foreign Broadcast Monitoring Service (FBMS) dalam mengumpulkan, menganalisis, dan mengakses informasi publik yang dirilis oleh organisasi asing. Menyusul peristiwa serangan 9/11 pada tahun 2001, pemerintah AS dengan segala sumber dayanya mendirikan Open Source Center (OSC) di bawah CIA. 

Menurut penjelasan Om almas, di Indonesia, beberapa media juga telah menggunakan metode ini, seperti media tirto.id dan narasi. Kedua media ini kerap kali menggunakan metode OSINT dalam melakukan jurnalisme investigasi. Dalam kasus Eddy Tansil contohnya, hanya bermodal satu kliping, tirto.id mampu melacak jejak Eddy dan mempublikasikan itu di websitenya.  Kasus lain, saat terbakarnya Halte Transjakarta Sarinah, narasi dengan metode OSINT berusaha melacak jejak tersangka yang membakar halte tersebut. Rupanya, metode ini sangat menarik, sehingga para peserta terlihat sangat antusias mengikuti workshop ini. 

Dengan berbagai pengalaman dalam riset dan kerja-kerja arsip digital, Om Almas juga menerapkan metode OSINT dalam proses penyusunan karya yang akan dipamerkan dalam perhelatan MB di Labuan Bajo yang bertajuk Paradekea, Eksibisi Menyala dalam Gelap. Om almas akan memamerkan karya tentang sejarah Labuan bajo mulai abad ke 15. Hasil dari proses risetnya selama ia tinggal di Labuan Bajo

Pada akhir sesi, moderator memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya. Enggar Songge, salah satu peserta bertanya, “Mengapa tertarik sekali meriset Labuan Bajo? Kenapa bukan daerah lain?”, tanyanya. “Karena saat ini saya berada di Labuan Bajo”, jawab Om Almas secara spontan. Seluruh peserta tampak tertawa dengan  jawaban simpel itu. Di sisi lain, ketertarikan Om Almas dalam meriset Labuan bajo terinspirasi dari tulisan di website National Geographic mengenai Labuan bajo. Dengan modal beberapa kata kunci, Om Almas menelusuri tentang Labuan Bajo dengan metode OSINT.

Sesi workshop ini ditutup dengan harapan Om Almas kepada para peserta untuk dapat melanjutkan proses riset tentang Labuan Bajo, sehingga sejarah tempat ini tidak hanya dijadikan sebagai arsip belaka, tetapi bisa dimunculkan kembali untuk diketahui khalayak umum.[]

Wahyu Chandra, Tim Kerja MB Labuan Bajo

Fotografer: Amir Hamza

Bagikan:
Pin Share

Tinggalkan Balasan