Kawula Ria, Mesin Waktu Menuju Era 80-an

Pameran arsip “Kawula Ria” karya Muhammad Ilham Darwis atau dikenal dengan Uwo merupakan representasi dirinya sebagai pencinta budaya pop era 80-an.

Sejak kecil Uwo kerap mendengar kisah masa remaja ibunya yang tumbuh pada awal tahun 80-an di wilayah barat Makassar, Jalan Cenderawasih. Wilayah ini merupakan kota lama yang dulunya berada tidak jauh dari pusat hiburan seperti bioskop dan toko pakaian.

Di Indonesia sendiri, era 80-an merupakan masa jaya-jayanya musik yang diikuti tidak kalah berkembangnya industri film dan bioskop. Ada sekitar dua puluh tiga bioskop kala itu. Banyaknya bioskop ini memiliki pasarnya masing-masing mengikuti kondisi ekonomi para penontonnya.

Pada pameran ini, era 80-an dipilih berdasarkan hasil riset dan diskusi yang dilakukan selama kurang lebih tiga bulan oleh Uwo bersama tim kerja.

Pameran ini merupakan program yang dirancang untuk mendorong kawan-kawan muda di Tanahindie belajar berpameran mandiri dengan sumber daya yang dimiliki, maka rasanya seperti antara bermain-main sambil belajar.

Metode yang digunakan dimulai dengan pemutaran film selama empat kali atau seminggu sekali dalam satu bulan dibarengi diskusi film. Lalu dilanjut dengan mendorong calon seniman untuk menulis dan meneliti arsip-arsip yang bisa diakses melalui jaringan-jaringan terdekat.

Pada pameran ini Uwo mencoba menampilkan tiga ragam interpretasinya terhadap budaya pop 80-an. Bagian pertama, Uwo menampilkan peragaan busana mode 80-an. Untuk merambah masuk ke mode pada era itu, dia memanfaatkan pakaian bekas yang telah ditekuninya sejak bangku SMP sebagai metode yang memudahkan pencariannya.

Di jazirah Sulawesi Selatan khususnya, pakaian bekas impor dikenal sebagai Cakar (cap karung). Di Indonesia sendiri, menurut data BPS, pakaian bekas impor yang masuk sepanjang tahun 2020 sebanyak 50,5 ribu ton. Nilainya sekitar Rp515,5 juta. Secara rangking, Cina sebagai negara pengekspor berada di peringkat teratas mencapai 47,5 ribu ton yang berarti 82% dari total impor yang masuk ke Indonesia pada tahun 2021. Selama masa pandemi volumenya meningkat tapi nilainya mengalami penurunan.

Bagian selanjutnya, ia mencoba mereka ulang ruang tamu kakek neneknya pada masa mereka sekeluarga masih mendiami asrama tentara di Jalan Cenderawasih. Ia mengumpulkan sejumlah artefak yang pernah mereka gunakan seperti set meja kursi, radio boombox, kaset, walkman, telepon, mesin jahit, kipas angin, foto-foto keluarga dan lain-lain.

Bagian terakhir, Uwo mengumpulkan arsip-arsip dari koran Pedoman Rakyat, Harian Fajar, dan Kompas serta kumpulan kliping dari majalah Femina yang dianggap mewakili ragam peristiwa masa tersebut. Arsip-arsip itu termasuk mengenai maraknya bioskop yang beroperasi pada tahun 80-an di Makassar. Sebuah fakta ditemukan di masa itu, bioskop diramaikan oleh cafe-cafe dan dagangan rakyat. Hal yang berbeda dengan sekarang.

Di sini kita bisa membayangkan kembali bagaimana budaya pop era 80-an turut mendorong geliat ekonomi di Kota Ujung Pandang masa itu.

Fitriani A. Dalay, kurator Kawula Ria

Bagikan:
Pin Share

Tinggalkan Balasan