Makassar akan menjadi tuan rumah Temu Karya Tari Indonesia 4 Kota yang berlangsung di Benteng Fort Rotterdam, 16 Juli 2022, mulai pukul 19.00 Wita. Acara ini akan mempertemukan seniman tari: Eko Supriyanto dari Kota Solo; Martion S Kahar dari Padang Panjang; Peni Puspito dari Surabaya; dan Ira Fai, Ridwan Aco, & Baghawan Ci Kinayungan dari Makassar.
Baca juga: Catatan Pembuka Yudhistira Sukatanya
Eko Supriyanto adalah penari, koreografer, dan dosen ISI Surakarta yang telah melanglang ke manca negara dan benua. Eko meraih Gelar Magister of Fine Arts diraih di University of California Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat. Dua gelar doktor diraih di program S-3 Kajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 2015, dan Program S-3 Penciptaan Seni di ISI Surakarta. Namanya dikenal di kancah internasional ketika ditunjuk menata tari latar penyanyi Madonna untuk 268 kali konsernya di berbagai negara. Pertunjukan Lion King di Teater Broadway New York, juga tak lepas dari sentuhan karyanya. Sejak tahun 2011 hingga kini kepedulian Eko terhadap lingkungan dan “empowering the local” diwujudkan dalam kegiatan desain budaya untuk pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah, utamanya Indonesia Timur dan perbatasan.
Martion merupakan dosen Prodi Seni Tari di ISI Padangpanjang. Menamatkan pendidikan Strata-1 di Akademi Seni Karawitan Indonesia di Surakarta (ASKI) Jurusan Tari (1987), kemudian Strata- 2 di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta (2003), lalu rampungkan Strata-3 di ISI Yogyakarta pada program Studi S3 Penciptaan dan Pengkajian Seni (2012). Selain menjadi dosen, Martion juga seorang koreografer dan penari. Dalam empat tahun terakhir telah melaksanakan sejumlah pertunjukan dan seminar internasional di antaranya pada Harau Art Festival, Marandang tahun 2017, Gong Festival Medan Bakureh #1 tahun 2017, Post Festival, Atas Api Bawah Api tahun 2018, International Workshop and Conference Spirit Lokal Bakureh dalam Seni Pertunjukan, Budapest-Vienna-Bratislava tahun 2019, Lintas Nusantara, Singapura, Bakureh tahun 2019.
Peni Puspito, yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Pepenk, seorang seniman Jawa Timur yang menyiarkan keilmuan koreografi dan ekologi. Pepenk menyelesaikan S-1 di ISI Yogyakarta, lalu melanjutkan studi S2 di Jurusan Pengkajian Seni Pertunjukan Universitas Gadjah Mada dan S3 di Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya dan meraih gelar doktor di tahun 2021. Sebagai dosen di Universitas Negeri Surabaya dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, telah banyak karya tari dihasilkannya. Sebagai seniman, Pepenk telah melawat sejumlah negara untuk menggelar karya tarinya seperti Hongkong, Vancouver (Kanada), Houston (AS), Thailand, Tiongkok, dan Jepang.
Fitrya Ali Imran, dengan nama panggung Ira FAI, menyelesaikan Program S-1 di Jurusan Sendratasik, Fakultas Seni dan Desain UNM, kemudian menamatkan pendidikan terakhir pada Program Pascasarjana (Pendidikan Seni) di Universitas Negeri Semarang tahun 2017. Selama mengenyam pendidikan formal, aktif mengikuti organisasi seni sejak tahun 2005 di Lembaga Seni Budaya Arung Palakka di Bone dan bergabung sebagai penari di beberapa lembaga seni di Makassar antaralain di Aco Dance Company, Lembaga Seni Budaya Batara Gowa, Ida El Bahra Management, Sanggar Sejati Makassar, dan Pakarena Art. Sebagai penari dan koreografer, Ira terlibat dalam pertunjukan I La Galigo karya Robert Wilson. Sebagai koreografer, ia menghasilkan sejumlah karya, di antaranya Koyawa na Koyase, Malulo marehu-rehu, Limen dan Dance Movie “Gema Benang”. Prestasi yang diraih Ira adalah sebagai Koreografer terbaik dalam karya “Tari Parakang” pada Festival Tari Mahasiswa Nasional 2019.
Ridwan yang dikenal dengan nama panggilan Aco White, adalah seorang penari dan koreografer. Tahun 1987 pertama kali mengenal dunia kesenian sebagai penari. Aktif di Taman Budaya Sulawesi Selatan dan terlibat bersama mendiang Hj.Andi Nurhani Sapada dengan program “Workshop Dasar-Dasar Tari Sulawesi Selatan” di beberapa daerah wilayah Sulawesi Selatan bersama Taman Budaya (1990). Pernah aktif di Lemah Putih Mojosongo, pimpinan Suprato Suryodarmono. Terlibat sebagai pemain di Teater Tari Kontemporer I La Galigo karya Robert Wilson. Ia mendirikan Kelompok Tari Aco Dance Company (1994). Pemegang Medali Emas menari 24 jam. Banyak terlibat kolaborasi bersama sutradara maupun koreografer, baik dalam proses berkarya maupun sebagai pemain, di antaranya: Opening Ceremony Asian Champions di Makassar, Opening Ceremony Porda VI Bone, dll.
Sebagai penari, Baghawan Ci Kinayungan belajar tari klasik Jawa di empat istana kerajaan (Surakarta, Mangkunegaran, Yogyakarta dan Pakualaman). Lulus S-1 ISI Yogyakarta Jurusan Komposisi tari dan S-2 ISI Surakarta Program Penciptaan Seni. Berguru secara khusus tentang penciptaan tari pada Sardono W Koesumo. Berkesempatan mengenyam pendidikan di UCLA (AS), dengan para pengajar, seperti Judy Mitoma, Cheng-Chieh Yu, dan Oliver Tarpaga. Sebagai koreografer dan penari Bahgawan pernah melawat ke berbagai negara seperti: Malaysia, Singapura, India, Jepang, Finlandia, dan Amerika Serikat. Prestasi internasional yang pernah diraihnya: penyaji terbaik Dance On Screen, 10 koreografer non Amerika terbaik versi Los Angeles Times dan Penghargaan Heritage Award dari Lembaga Kelautan Long Beach, AS. Sejak 2009 aktif dalam “Cultural Exchange Program” Indonesia-USA dan tercatat sebagai Dosen di Jurusan tari FSD Universitas Negeri Makassar dan Dance Departement Santa Monica College Amerika Serikat.