Setelah pelaksanaan Makassar Biennale (MB) 2019 berhasil diselenggarakan di empat kota dan dua provinsi, kali ini MB 2021 akan melebarkan jangkauannya di lima kota dan tiga provinsi, yaitu Makassar, Parepare, Bulukumba (Sulawesi Selatan), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Nabire (Papua).
Kelima kota itu akan menjadi bagian program pra-event Makassar Biennale 2021 sebagai titik penelitian utama persiapan MB 2021. Karena itulah, Yayasan Makassar Biennale bersama Tanahindie dan Goethe Institut akan mengadakan sebuah program Pelatihan Penulisan dan Penelitian terkait Subtema Makassar Biennale 2021: Sekapur Sirih. Program ini akan berlangsung serentak selama tiga bulan (1 September – 30 November 2020) di lima kota.
Pelatihan penulisan dan penelitian ini mengusung subtema MB 2021 “Sekapur Sirih”, mengiringi tema abadi ‘Maritim’. Sekapur Sirih (sebutan untuk kebiasaan mengunyah sirih pinang) adalah istilah umum keramahtamahan terhadap tamu dan budaya adat di Nusantara. Sebutan ini juga diharapkan menjadi pintu masuk para pelaku seni menjelajahi simbol kekayaan dunia pengobatan Indonesia yang ditumbuhkan oleh alam untuk manusia (fitofarmaka). Ini sekaligus sebagai titik berangkat penjelajahan lebih luas yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinannya yang diekspresikan dalam dwimatra, trimatra, hingga tingkat yang lebih performatif.
Untuk itu, subtema Sekapur Sirih inilah yang diharapkan direspons oleh peneliti di masing-masing kota, mengenai obat-obatan herbal (non-pabrikan), bahan makanan sebagai obat, performatif (praktik laku-gerakan dalam proses pengobatan [dukun, bissu, dll]).
Program ini mengundang secara terbuka untuk umum, dengan mengutamakan peserta muda (mahasiswa dan anggota kolektif) yang berada di lima kota di Indonesia Timur untuk berpartisipasi. Lantaran peluang kelompok peneliti bepergian ke lima lokasi tidak memungkinkan sebab masih pembatasan bepergian, maka MB melibatkan komunitas atau individu setempat di kota-kota yang ditunjuk.
Model pelatihan ini akan berlangsung dalam bentuk kelas lokakarya secara offline dan online. [1] Offline, yaitu kelas dan praktik kehidupan nyata berdasarkan kesepakatan antara koordinator dan peserta masing-masing kota. [2] Online, yaitu pertemuan kelas dan pengumpulan data bersama semua kota dilakukan seminggu sekali.
Pelatihan ini akan difasilitatori/dimentori oleh Anwar ‘Jimpe’ Rachman (Direktur Makassar Biennale, penulis, dan kurator) dan beberapa individu/ahli yang diundang.
Rangkaian dari keseluruhan program ini bertujuan sebagai [1] Pendidikan informal tentang studi lapangan dan menulis bagi pelajar/mahasiswa dan anggota kolekif di lima kota. [2] Perluasan wacana dan praktik seni dan kebudayaan secara umum dari berbagai lokasi, dengan keunikannya masing-masing. [3] Titik temu untuk bertukar berbagai gagasan dari kota-kota yang berkolaborasi dalam program. [4] Pengembangan dan perluasan jaringan MB. [5] Program pra-acara untuk MB 2021. [6] Rekrutmen tim publikasi MB 2021. [7] Peningkatan kapasitas tim kerja MB 2021.
Hasil akhir dari setiap peserta pelatihan akan dipublikasikan di website https://makassarbiennale.org dan atau https://artefact.id dan dikompilasi menjadi sebuah buku, serta media lain demi tujuan bersama (penyebaran gagasan). Buku ini nantinya akan dibagikan secara gratis untuk komunitas di lima kota, perpustakaan sekolah, kolektif seni, dan melalui metode pengarsipan https://artefact.id. Sedangkan sisanya akan dijual untuk penggalangan dana MB 2021. Selain buku dan tulisan, kegiatan di setiap kota juga akan didokumentasikan, didistribusikan, dan diarsipkan melalui YouTube Makassar Biennale dan Podcast art.e.fact.
Program ini terselenggara atas dukungan kerja sama banyak pihak, antara lain artefact.id, Penerbit Ininnawa, Kampung Buku, The Ribbing Studio, Halaman Rumah, Bumi Lestari, Sampan Institute, Animesh Pro, Kareso Institute, Kolektif Stereo, Komunitas Nabire Membaca (Koname), Komunitas Meeyoka, videoge, Mata Jalan – Dokumenter Warga, Rumah Saraung, Orazine, Parepare.indie., Milisi.id, Siasat Partikelir, Youthmagz.id, IDN Times Sulsel, Radar Selatan, Kabar Mapegaa, Kucang Pustaka, Sabtu Keren.
“Program ini didukung oleh Dana Bantuan International Kementerian Luar Negeri Jerman, Goethe-Institut dan mitra-mitra lainnya: www.goethe.de/relieffund“
“This Program Funded by the International Relief Fund of the German Federal Foreign Office, the Goethe-Institut, and other partners: www.goethe.de/relieffund”
One Comment