Bakkā Pamerkan Dua Puluh Karya

Makassar Biennale (MB) menggelar pameran bertajuk “Bakkā”, yang berlangsung 20 – 23 Agustus 2024 di The Wall by Prolog Ecosystem, Jalan Sumba, Makassar. Ekshebisi ini menampilkan  dua puluh rancangan karya dari 20 peserta lokakarya yang digelar sejak 5 Agustus 2024. Seluruh peserta berasal dari tujuh wilayah: Makassar, Nabire, Labuan Bajo, Parepare, Pangkajene dan Kepulauan, Jayapura, dan Lembata.

Kegiatan lokakarya merupakan pra-event Makassar Biennale 2025 dan digelar di Makassar, Malino – Gowa, dan Pucak Tompobulu – Maros. Program ini berlangsung selama 14 hari, dalam bentuk lokakarya yang “santai tapi serius”. 

Kelas dan seluruh sesi diisi oleh para pendamping tim MB lima kota dan fasilitator tamu, yang berlangsung di dalam ruangan dan kegiatan-kegiatan di luar ruangan seperti berkemah, kunjungan ke studio seniman, bertemu dan berbincang dengan praktisi.

Program ini dirintis oleh MB lantaran menyadari tantangan seperti jarak geografis yang dihadapi oleh para pelaku seni dan kebudayaan di wilayah timur Indonesia. Itu lalu berdampak pada minimnya pertemuan-pertemuan tatap muka yang menyodorkan peluang dan ruang untuk saling memahami, belajar bekerja sama, bertukar pikiran, dan, tak kalah penting, membentuk jaringan.

“Karena kami imajinasikan bahwa proses-proses seperti ini merupakan kerja yang panjang, kami lalu menggagas dan membuka program yang kami namai Bakkā. Ini merupakan upaya kami menyodorkan ruang inkubasi gagasan bagi seniman, penulis, peneliti, dan manajer seni berusia muda di wilayah dan kota di Indonesia Timur,” jelas Direktur MB, Anwar Jimpe Rachman.  

Bakkā adalah kosa kata Bugis yang bermakna ‘baru mekar, tumbuh, dan berkembang’. Sebagaimana arti lema tersebut, kami berharap program ini menjadi ruang yang mengakomodir dan mempertemukan para peserta muda dari berbagai latar wilayah dan latar kerja, yang kelak berguna bagi pengembangan karya-karya mereka di masa depan.

Jimpe mengungkapkan, program yang juga menjadi agenda persiapan Makassar Biennale 2025 ini sebagai ruang belajar dengan membangun kesempatan kepada seniman/penulis atau kurator muda dari berbagai wilayah di Indonesia Timur untuk mempelajari cara kerja dari berbagai sumber, sekaligus menjadi ruang untuk membandingkan cara kerja dengan kota lain.

“Program ini kami harapkan pula menjadi ruang praktik menghargai dan membudidayakan praktik-praktik warga di sekitar asal peserta. Pengalaman dan lanskap setiap wilayah berbeda dan tidak dapat diseragamkan. Ruang-ruang semacam ini senantiasa harus dibangun untuk belajar keragaman dalam bentuk apapun,” jelas Jimpe. 

Ia menambahkan, Bakkā diproyeksikan untuk meretas kesenjangan kesempatan. Kita tahu bersama, kesempatan yang tersedia di Indonesia tidak semuanya bisa mengakomodir anak muda untuk belajar dan memproduksi pengetahuan bersama, terutama individu maupun komunitas di Indonesia Timur. Hal ini dikarenakan jarak geografis (dan berbiaya besar) maupun jangkauan jejaring kebudayaan yang masih terbatas. Bakkā merupakan program kerja kolaborasi Tanahindie, Videoge, Kolektif Stereo, Rumah Saraung, dan Bumi Lestari.[]

Bagikan:
Pin Share

One Comment

Tinggalkan Balasan