Menurut Einstein, bermain adalah proses belajar dan meneliti. Melalui bermain, anak-anak mengembangkan kemampuan motorik, psikologis, dan yang paling utama adalah kemampuan bersosialisasi. Pembangunan hari ini adalah pembangunan yang hirau akan ruang main anak. Alih-alih mengharapkan ruang terbuka hijau, setiap lahan kosong justru ditumbuhi subur oleh perumahan dan pertokoan. Pola infrastruktur pembangunan Indonesia dari masa ke masa lebih banyak mengutamakan bisnis semata. Karenanya mengharapkan rancangan pembangunan kota yang peduli akan fungsi sosial, khususnya untuk anak-anak menjadi sebuah hal yang sulit.
Infrastruktur yang tidak memadai menjadi alasan logis bagi sistem pendidikan kita untuk membenarkan metode pendidikan yang pasif bagi anak-anak. Ruang belajar diformulasi dengan standar yang kaku dan tidak menyesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. Dan akhirnya anak tumbuh berkembang dengan menegasikan lingkungan dan kehidupan sosialnya. Parahnya, gempuran hiburan melalui televisi dan gawai menjadi alternatif instant yang menimbulkan masalah baru. Mereka belajar bermain bola lewat game, belajar saling memukul lewat video, dan belajar berteman lewat media sosial. Dan bahayanya, mereka mampu mengakses semua itu dalam genggaman bahkan oleh bayi di bawah umur 3 tahun.
Kecenderungan ini bukan hanya akan mengarah pada pengaruh buruk pertumbuhan kesehatan fisik dan mental anak, namun juga memengaruhi kemampuan sosial mereka. Kesulitan berinteraksi, gagap berkomunikasi, tidak cakap mengatasi masalah, miskin inovasi, akan ditemui karena sejak dini ruang imajinasi mereka telah terbatasi. Fatalnya, masa kecil adalah masa penting pembentukan pribadi seseorang. Masa kecil tanpa upaya merawat imajinasi akan menjadikan kita orang dewasa yang terlalu kaku dan cenderung tidak siap menghadapi perubahan di masa mendatang.
Untuk itu, Ruang Main harus diinisiasi dan diupayakan oleh lingkungan terdekat anak dengan mendekatkan mereka pada aktivitas yang menyenangkan. Dan medium kesenian menjadi layak untuk diajukan sebagai metode.
Dan atas kesadaran tersebut, maka Teater Ketjil yang merupakan lini seni di Kedai Buku Jenny (KBJ) menginisiasi project membangun ruang bermain anak melalui kelompok bermain yang kami beri nama Teater Anak Ketjil. Di awal, inisiatif ini kami fokuskan untuk anak-anak di sekitar kompleks Wesabbe, Makassar di mana KBJ berada kini. Medium bermainnya sendiri menggunakan seni teater sebagai instrumennya.
Sejak November 2018, Teater Anak Ketjil memulai aktivitas bermain bersama secara reguler di area kompleks Wesabbe. Ruang Bermain, begitu kami menamai aktivitas ini. Di awal tahun 2019, anak-anak yang sering terlibat di Ruang Bermain kemudian mulai menggelar latihan intens menggarap naskah “Senandung Awan” yang merupakan karya Harnita Rahman yang diadopsi dari karya sastra Subcomandante Marcos.
Setelah melalui masa bermain dan berlatih selama kurang lebih 4 bulan, Teater Anak Ketjil dengan bangga akan menampilkan suguhan pertunjukan teater musikan anak bertajuk “Senandung Impian” dalam project bernama “Panggung Gembira” yang akan dilaksanakan di Mal Nipah pada 3 Aril 2019. Selain pementasan teater musikal anak, juga akan ada aktivitas ruang bermain bersama komunitas Peace Generation, Sobat Budaya Makassar, Mari Berbagi Seni dan Obat Manjur KPK serta panggung bersama duo folk Ruang Baca.
Terakhir, mari ikut serta bergembira bersama pada inisiatif Panggung Gembira ini dan semoga hal-hal baik yang kita lakukan hari ini dapat bermanfaat bagi anak-anak kita esok hari.
Salam.