Ramuan di Segitiga Wallacea

  • Cerita dan Tawa Daeng Caddi yang Meledak di Kolong Rumah

    Lepas setengah jam setelah azan ashar mengumandang di masjid Pondok Pesantren DDI Asshiratal Mustaqim, Bonto Perak, Baru-Baru Tangnga, sebuah avanza putih merayap pelan tidak begitu jauh dari tempat ibadah. Dua orang lelaki turun dari kendaraan dan dihampiri dua lelaki yang lain. Mereka berempat kemudian menurunkan seperangkat alat pelantang suara, proyektor, tripod, dan sejumlah peralatan lain…

    Read more

  • Kembali Berburu dan Meramu, Sedikit Cerita tentang Buku “Ramuan di Segitiga Wallacea”

    Banyak hal datang tepat waktu, buku ini salah satunya. Kehadiran buku ini kontekstual karena dua hal yaitu pertama, karena pandemi dan kedua, mengingatkan kita bahwa riset serupa jangan sampai pudar, apalagi hilang. Di saat awal pandemi menyerang lebih dari setahun lalu, orang-orang panik. Dunia sains kedokteran modern kelimpungan. Pandemi yang dulunya hanya dibaca dalam buku,…

    Read more

  • Berkerumun Mencipta Harapan

    Hampir jam lima sore ketika Roberta Muyapa yang duduk di meja menghadap jalan dari lantai dua Sandiwara Kopi, berusaha menenangkan saya yang barangkali terlihat gelisah, “Kawan, tidak apa-apa kita mulai agak telat eh. Biasa toh, jam karet.” Saya mengiyakan sambil memalingkan wajah dari arah parkiran motor ke arahnya. Sebenarnya saya sudah tahu kalau diskusi buku…

    Read more

  • Dari Hutan hingga ke Dapur; Rupa-rupa Pengobatan Warga di Bentang Wallacea

    Apakah kamu punya pengalaman langsung menyembuhkan diri dengan pengobatan tradisional? Atau, kapan terakhir kali menengok ramuan herbal dan menjadikannya obat di kala sakit melanda? Dominasi sistem kesehatan modern membuat kita bergantung pada rumah sakit, dokter, dan obat-obatan kimia sebagai pilihan utama dan mungkin satu-satunya jalan dalam mencari kesembuhan penyakit. Wajar saja manusia panik ketika virus…

    Read more

  • Melacak Akar Pengobatan: Dari Doa, Tradisi, Hingga Modern

    Di kompleks perumahan di Jalan Anggrek malam itu tampak sepi. Tidak ada aktivitas warga duduk di beranda rumah. Mungkin karena hujan yang baru reda menjelang magrib membuat aktivitas luar rumah dikurangi. Saya mengabarkan kepada kawan-kawan di grup WhatsApp supaya berkumpul dulu di Warkop Shiniki karena lokasinya berada di jalan yang sama meski beda lorong. Menanggapi…

    Read more