Makassar Biennale 2023

  • Wisata Masa Lalu Lewat “Tamasya Purbakala”

    Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Gandhi Eka yang telah melahirkan buku komik Tamasya Purbakala (2024) yang menyenangkan untuk melihat peninggalan purbakala gua karst di Maros-Pangkep. Buku yang mungkin akan membuka cara pandang kita soal pelestarian budaya dan arkeologi yang tadinya kita lihat hanya sebagai batu tua bergambar, tapi di balik itu ada sejarah manusia dan teknologi…

    Read more

  • Pertunjukan Tanpa Panggung: Merayakan Rasa dan Asa Melalui Babakan

    Membaca buku Hanya Ada Babak, Tidak Ada Panggung (Makassar Biennale – Tanahindie, 2024) adalah bentuk lain dari upaya mengulurkan tangan pada hal-hal yang pernah saya temui, namun belum benar-benar saya kenali. Buku ini menjadi pintu untuk kembali menyelami Makassar Biennale 2023, perhelatan budaya dua tahun sekali yang pertama kali saya dengar melalui keikutsertaan menjadi peserta Lokakarya Bakka pada Agustus 2024 lalu. Kala…

    Read more

  • Gerbong Pesan-pesan – Sekilas Catatan Pemeristiwaan MB 2023 dari Jarak Jauh

    Saya merasa senang dan bangga berkesempatan untuk ngobrol dengan teman-teman Kolektif Videoge Labuan Bajo terkait sebuah buku. Saya senang karena dapat kesempatan untuk menyelami hasil renungan sejumlah penulis yang tertuang dalam buku yang reflektif berkenaan dengan pengalaman mereka. Juga bisa mengalami letupan-letupan di pikiran yang terkadang mendorong untuk berhenti sejenak. Merenung. Bahkan membaca ulang beberapa…

    Read more

  • Babak-babak yang Bercerita: Panggung MB 2023 dalam Sebuah Buku

    “Hanya Ada Babak Tidak Ada Panggung” judulnya. Kumpulan tulisan yang lahir dari perhelatan Makassar Biennale (MB) 2023, sebuah festival seni rupa dua tahunan yang berusaha menghubungkan persoalan seni dengan realitas sosial dan sejarah lokal. Buku ini menjadi wadah refleksi bagi para penulis, seniman, dan pemagang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Melalui rangkaian tulisan yang tersusun…

    Read more

  • Kelas Tanpa Mesin Jet

    Bepergian dengan jet tidak baik karena jiwa berjalan lebih pelan daripada raga… Isabel Allende SAYA SUDAH lama tidak naik kapal. Perahu atau lebih kecil, iya. Seingat saya, pengalaman terakhir saya tentang itu ketika berdesakan bersama para porter menapaki tangga saat menumpang KM Kambuna dari Jakarta – Makassar untuk pelayaran dua hari pada tanggal 24 Desember pertengahan 1990-an.…

    Read more

  • Me-Rupa-kan Amatan

    Saya berjumpa dengan personel Pangkep Book Party (PBP) pada pekan akhir Juli lalu, kesepakatan bertemu tersaji usai membangun percakapan melalui pesan WA mengenai ajakan terlibat dalam program yang bakal digelar awal Agustus di Makassar. Semuanya berlangsung cepat saja akibat perubahan jadwal kegiatan yang seharusnya digelar pada September atau Oktober. Setelah terhubung melalui ruang daring Zoom…

    Read more

  • Senasib Sepelayaran

    “Kasih naik mereka itu!”  Sorakan serentak penumpang memenuhi ruangan luar Dek 7 kiri KM Labobar lalu menggema ke arah dua petugas Pelabuhan Sorong di anak tangga bawah kapal. Puluhan penumpang lanjutan yang menonton hilir-mudik penumpang baru dari atas kapal itu terganggu dengan pemandangan sepasang kekasih tertahan naik ke atas kapal. “Ini penting! Kasih tahu dong bilang orang tua meninggal di…

    Read more

  • Bakkā Pamerkan Dua Puluh Karya

    Makassar Biennale (MB) menggelar pameran bertajuk “Bakkā”, yang berlangsung 20 – 23 Agustus 2024 di The Wall by Prolog Ecosystem, Jalan Sumba, Makassar. Ekshebisi ini menampilkan  dua puluh rancangan karya dari 20 peserta lokakarya yang digelar sejak 5 Agustus 2024. Seluruh peserta berasal dari tujuh wilayah: Makassar, Nabire, Labuan Bajo, Parepare, Pangkajene dan Kepulauan, Jayapura, dan…

    Read more

  • Klab Musik, Platform Baru Makassar Biennale

    Makassar Biennale 2023 meluncurkan program baru, berupa kolaborasi dengan sejumlah pemusik di Makassar. Program bernama Klab Musik (Kelola Berkelanjutan Musik) diharapkan menjawab tantangan internal MB untuk mengelola program yang diproyeksikan menjadi mandiri. “Makassar Biennale berusaha untuk bermain lebih luas, tidak selesai mencari. Platform ini dicita-citakan tidak hanya sekali ini, tapi kami merencanakan memakai metode kerja…

    Read more

  • Songkabala Lae-Lae!

    Seniman di Belakang Saja

    (Mengamati Songkabala Lae-Lae! dari Luar dan Dalam) SEORANG PEREMPUAN muda menangis di tengah kerumunan di bawah pohon asam besar yang bercabang bagai katapel raksasa. Beberapa kerabat perempuannya mencoba menenangkan. Si perempuan jadi seperti gagu, merengek, dan berurai air mata. Ia hentak-hentakkan kaki seperti bocah kehilangan mainan. Ia mengisyaratkan kedua tangannya menabuh, seraya menunjuk ke arah keramaian…

    Read more