Kawula Ria: Pameran Arsip 80-an

Tanahindie mempersembahkan pameran arsip bertema budaya pop era 80-an bertajuk Kawula Ria karya Muhammad Ilham Darwis (Uwo). Pameran ini dikuratori oleh Aziziah Diah Aprilya dan Fitriani A Dalay. Pameran ini merupakan program yang dirancang untuk mendorong kawan-kawan muda di Tanahindie belajar berpameran mandiri dengan sumber daya terbatas. 

Pameran ini dipicu oleh rasa penasaran kami menyaksikan Uwo yang sering dijuluki sebagai ‘manusia terlambat lahir’  terobsesi pada referensi musik, film hingga gaya berpakaian yang bernuansa lawas. Sejak kecil, Uwo tumbuh bersama kumparan cerita masa remaja ibunya yang hidup pada era 80-an di wilayah barat Makassar, Jalan Cendrawasih. Wilayah ini merupakan kota lama yang dekat dari pusat-pusat hiburan seperti bioskop-bioskop yang sedang menggeliat di masa itu.

Setelah mendengar kisah personalnya, bersama kurator dan tim kerja, Uwo melanjutkan proses risetnya dengan menonton film, video klip musik, membaca arsip koran dan foto, serta mendengar cerita kawan-kawan yang mengalami era itu selama tiga bulan. Kawula Ria pun, dicetuskan sebagai judul lantaran dianggap sebagai kosakata yang akrab dan menandai gejolak kawula muda era itu.

Dalam penyajiannya, Uwo mereka ulang ruang tamu kakek-neneknya yang selama ini kerap dikenang ibunya saat mereka masih mendiami asrama tentara di Jalan Cendrawasih kala itu. Dengan menghadirkan perabot, ornamen, perlengkapan alat musik, lengkap dengan lampu disko, para pengunjung akan diajak melintasi waktu menuju pesta kawula muda di ruang tamu. 

Tidak ketinggalan, peragaan busana era 80-90an yang seluruhnya didapatkan dari Cakar (cap karung). Agenda ini ingin menggambarkan kebiasaan Uwo sejak bangku SMP gemar mengeksplorasi desain-desain lawas yang disukainya melalui pakaian cakar. Terakhir, pameran ini juga menyajikan arsip-arsip dari koran Pedoman Rakyat, Harian Fajar, dan Kompas, serta kumpulan kliping dari majalah Femina yang sekiranya dianggap mewakili ragam peristiwa masa tersebut. 

Selama lima hari dihelat, kita akan diajak untuk menyerap fragmen-fragmen dekade yang pernah kita, Ibu, Bapak, Kakek, ataupun Nenek kita pernah alami. Kepingan sejarah yang mungkin luput dibicarakan dalam buku sejarah yang ada di sekolah formal. “Kawula Ria ingin mengajak kita untuk belajar tentang masa lalu dengan cara yang lebih menyenangkan,” ucap dua kuratornya. 

Diksi Kawula Ria juga dianggap mewakili proses dan seluruh tim kerja yang terlibat yang kesemuanya adalah anak-anak muda. Lebih lanjut, pameran menitikberatkan pada proses belajar dan pengalaman perdana Uwo sebagai calon seniman merambah dunia seni rupa. Juga mengajaknya untuk belajar mengartikulasikan dan mendefinisikan apa yang selama ini menjadi bagian dari kesehariannya. 

Mulai 26-30 Maret 2022 bertempat di Kampung Buku Ininnawa, akan ada Pameran Arsip; Peragaan Busana; Pasar Cakar (Cap Karung); Karaoke lagu lawas; hingga Wicara Seniman yang akan membawamu menyicipi nuansa 80-an. 

Kunjungi situs https://artefact.id/ dan kanal-kanal media sosial (Instagram, Facebook) untuk mendapatkan informasi detail seluruh acara. 

Bagikan:
Pin Share

Tinggalkan Balasan