Gelaran MB Bulukumba 2021

Makassar Biennale (MB), ajang seni rupa internasional dua tahunan kembali digelar di Bulukumba, Selatan Sulawesi. Pada gelaran kedua ini, masyarakat Bulukumba sangat antusias menyambut kembali kehadiran pertunjukan seni setelah dua tahun terakhir berada di tengah pandemi. MB Bulukumba 2021 digelar saat kebijakan pembatasan-pembatasan kegiatan publik mulai melonggar. Maklum, sejak wabah covid 19 merebak dan masuk ke Bulukumba pada Maret 2020 lalu, hampir tak ada acara yang terlaksana. Meski demikian, prosedur tetap (protokol kesehatan) dalam menjaga kesehatan selalu menjadi prioritas dalam penyelenggaraan MB di kabupaten pembuat kapal pinisi ini. 

Hadirin yang datang dalam acara pembukaan MB Bulukumba berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Mulai dari komunitas orang tua yang datang memberi dukungan kepada anak-anak mereka yang tampil, dan tak ketinggalan pula komunitas pemuda dan teman-teman tuli. MB Bulukumba secara resmi dibuka pada 20.30 Wita.  Ditandai dengan dentuman gong tiga kali oleh Direktur Yayasan Makassar Biennale, Anwar Rahman Jimpe yang disambut riuh tepuk tangan penonton.

Pembukaan kegiatan diisi dengan sosio drama Sekapur Sirih yang dipersembahkan Teater Kampong. Menariknya, pertunjukan itu tak hanya melibatkan teman-teman yang sudah terbiasa dengan seni teater tapi mengikutsertakan anak-anak dari sekolah dasar (SD) yang bermukim di sekitar lokasi pertunjukan. Pementasan yang serat akan makna itu dipersiapkan selama tiga pekan, mulai dari penyusunan naskah dan skenario, penjaringan pemain, dan latihan intensif. Propertinya sendiri dibuat dengan tangan oleh seniman dari Teater Kampong. 

Teater Kampong merupakan sanggar seni tertua di Bumi Panrita Lopi. Berdiri sejak Oktober 1979, digagas para seniman senior di Bulukumba termasuk Andi Dharsyaf Pabottingi, akrab disapa Om Cacca, yang menjabat sebagai ketua. Teater Kampong banyak melakukan pertunjukan drama yang berkaitan dengan sejarah dan budaya. Komunitas tersebut terbuka untuk siapa saja tanpa melihat berbagai latar belakang pendidikan maupun pekerjaan, dan tak memiliki standar usia.

Om Cacca, seniman senior di Bulukumba itu turut menjelaskan tentang Cagar budaya “Roemah Pendjarah” sebagai sekretariat sanggar yang kini berusia 42 tahun itu. Tarungku Toae tercatat sebagai aset Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tempat tersebut merupakan bangunan yang dibuat di era penjajahan Belanda pada 1917.

Rumah Penjara peruntukannya untuk memenjarakan pribumi yang dianggap menentang pemerintahan Belanda. Bangunan tersebut menjadi saksi, tak sedikit warga Bulukumba meninggal dalam sel kecil yang disesaki tahanan. Saat Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih bangunan itu dan merubahnya dari rumah penjara pada 1965 menjadi lembaga pemasyarakatan hingga 1981. Tempat itu lalu diaktivasi Teater Kampong di tahun 2007 hingga kini. Beragam hal dilakukan disana, mulai dari pertunjukan drama, melukis, dan membuat kerajinan tangan lainnya.

Tarungku toae kembali dipilih sebagai lokasi pameran karya dan sejumlah kegiatan selama MB Bulukumba 2021. Ini merupakan bentuk dorongan agar kolaborasi berkesenian di Tarungku Toae semakin berkembang. MB Bulukumba dapat menjadi pintu bagi seniman lokal untuk berkolaborasi dengan Teater Kampong untuk pengembangan seni.

Koordinator panitia MB Bulukumba, Anjar S. Masiga berharap partisipasi Bulukumba dalam ajang Makassar Biennale dapat terus berlanjut. Kegiatan tersebut ke depannya didorong dapat melibatkan lebih banyak komunitas, seniman lokal, dan tak hanya berpusat di wilayah perkotaan.

MB Bulukumba kali ini juga berkolaborasi dengan Panrita Inklusi, yang banyak melibatkan teman tuli. Mereka juga membuka kelas bahasa isyarat di hari kedua. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengenalkan komunitas tuli dan gerak mereka sebagai bahasa.

Kegiatan ini dipandu langsung teman tuli yang terlatih, Halwan dan Arifah. Mengawali dengan pengenalan abjad bisindo hingga pembelajaran kata umum yang sehari-hari digunakan. Setiap peserta kelas mengulang abjad bisindo, mengeja nama dan diberikan panggilan isyarat. Teman dengar juga langsung mempraktekkan komunikasi bahasa isyarat dengan teman tuli.

MB Bulukumba berlangsung dengan melibatkan berlangsung atas kerja tim kerja dari Teater Kampong, Sabtu Keren, Ondeway Indonesia, dan Kebun Bersama.[]

Anjar S Masiaga, tim kerja MB 2021 – Bulukumba

Bagikan:
Pin Share

Tinggalkan Balasan